Summer School PERSETIA 2023

Summer School, adalah kegiatan yang ditujukan bagi mahasiswa pasca-sarjana. Mission-21, yang telah sekian lama menjadi mitra PERSETIA, mensponsori dan juga memonitori agar kegiatan ini bisa berlangsung dan mencapai output yang hendak dicapai. Kegiatan yang berlangsung pada 3-10 Juli 2023, memilih STFT Jakarta yang menjadi tuan dan nyonya rumah yang mempersiapkan seluruh kegiatan agar bisa terlaksana dengan baik. Kegiatan ini dibuka dengan sambutan yang disampaikan Pdt. Binsar J Pakpahan, Ph.D., yang juga menyambut semua peserta yang hadir, dan juga oleh ketua PERSETIA, Pdt. Justitia Vox Dei Hattu, Th.D.

Dalam kegiatan ini, sesuai arahan dan bimbingan dua orang Project Officer Pdt. Dr. Fibry Jati Nugroho, S.Th, M.Si. dan Pdt. Dr. Welfrid F. Ruku, M.Th.,MA., peserta didorong agar bisa berkolaborasi dalam menulis makalah yang mengangkat tema “Teologi dan Trauma.” Tulisan-tulisan tersebut diupayakan agar bisa dipublikasikan di jurnal bereputasi. Sesuai dengan output PERSETIA di tahun ini. Jumlah makalah yang dihasilkan oleh peserta, sangat beragam. Judul beserta penulis dari makalah-makalah tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Adilman Jaya Luahambowo (STT Abdi Sabda Medan), Lucius Siahaan (STT Abdi Sabda Medan), Victor Golan Sitompul (STT Abdi Sabda Medan) “FAMAIGI NIHA.”
  2. Tanda Pinem, Rinaldi Girsang, Insan Sinurat (STT Abdi Sabda) “Menari dan Menyanyikan Luka: Suatu Teologi Merawat Luka Kekerabatan.”
  3. Adi Haryono Sianturi, Jekson Ambarita, Pepri Candra Simanungkalit (STT Abdi Sabda), “MELAWAN KEPASRAHAN (Pemulihan Trauma Anak [12-16 Tahun] Yang Mengalami Kekerasan Verbal Dengan Pendekatan Narrative of Hope)
  4. Devi Julietta Ginting, Eirene Hutabarat, Iman Rohwati Harefa (STT Abdi Sabda), “Percabulan: Pendekatan Teologi Pada Perempuan Traumatis.”
  5. Frans Mardohar Lumbantobing, Rajainal Pardede, Supriadi Siburian (STT Abdi Sabda) “BAYANG – BAYANG KEPEDIHAN: Pemulihan Trauma Dengan Mengembalikan Kepercayaan Diri Anak korban Bully di Sekolah Dasar Dengan Pendekatan Teori Kognitif”
  6. Anita Simatupang, Novita Papayungan, Ahmad Mansur (UKDW), “Dialog Hati”: Wahana Alternatif Mentransformasikan Trauma bagi Mahasiswa Kristiani (Studi Kasus Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC) Yogyakarta)”
  7. Jhon Piter Batubara, Marthin Nadeak, Jupenri Panjaitan “SINAMOT, LUKA DAN GEREJA (Kajian Teologis atas Pengalaman Trauma Pasangan yang batal menikah akibat Praktik Mahar)
  8. Kevin Daniel Simorangkir (UKSW), Meilina Simon Sariri (UKSW), Rahyuni Daud Pori (UKDW) “RUANG NIR-KATA BAGI LUKA YANG TERPENDAM: Suara Laki-laki Penyintas Kekerasan Seksual sebagai Sumber Berteologi Trauma.”
  9. Dessy Ch. Ohoiner, Gerald Talapessy, dan Meyriska G. Sutrahitu, (UKIM) “MENDONGENG DAMAI (Misi Kreatif untuk Mengelola Trauma Intergenerasi di Maluku).”
  10. Yoggy Hermondi Manu (UKSW), Costantinus Ponsius Yogie Mofun (UKDW), Daniel Sindang (UKIM) “Merengkuh Kerapuhan, Membalut Yang Terluka Bersama Pelaku [Kekerasan DalamSejarah] G30s/PKI.”
  11. Marthin Pangambatan Munthe, Sofian Mangaraja Belang Pane (STT Abdi Sabda) “Menggereja Murah Hati :Sebuah Model Pastoral Ekklesiologis Berbasis Pemulihan Trauma.”
  12. Janri Simanjuntak, Lukas MT. Sidabutar, Renol P. Sianturi (STT Abdi Sabda) “MENTRANSFORMASI BEGU GANJANG SEBAGAI TRAUMA KEMARAHAN (Begu ganjang dalam prespektif Batak Toba diperhadapkan dengan pandangan Shally Rambo tentang Roh Dan Suara luka dalam Pandangan Chaty Caruth)

Peserta yang berjumlah 67 (29 Perempuan, 38 Laki-laki) orang, datang dari berbagai sekolah seperti STT IKAT, Fakultas Teologi Uniera, Fakultas Teologi UKIM, STT Abdi Sabda Medan, STT Amanat Agung, Fakultas Teologi UKDW, STFT Jakarta, Fakultas Teologi UKIT, IPTh Balewiyata, dan Fakultas Teologi UKSW. Semua peserta tinggal di asrama dan guesthouse yang dimiliki STFT Jakarta, agar bisa berinteraksi lebih dekat.

Narasumber yang menolong proses Summer School adalah Pdt. Septemmy E. Lakawa, Th.D., Yulius Ranimpi, M.Si, Ph.D., Dr. Natanael Tarigan, Dr. John Campbell-Nelson dan Pdt. Lina Gunawan, D.Min. Model pembelajaran dalam kegiatan ini adalah pembimbingan secara akademis dalam menulis artikel, serta bagaimana cara melakukan pendampingan pada korban dan bagaimana cara membuat khotbah yang berprespektif trauma. Untuk yang disebut terakhir, kelas ini dibuka secara umum melalui zoom meeting yang dihadiri oleh 77 orang peserta tambahan.

Manfaat dari kegiatan ini diungkapkan oleh salah satu peserta, Ahmad S. Mansur, dari Fakultas Teologi UKDW, yang juga telah banyak melakukan advokasi dan pendampingan, “Kegiatan ini menolong saya dalam memperoleh paradigma.” Meski demikian, Ahmad juga berharap bahwa seharusnya kegiatan ini memberikan panduan teknis untuk “mendengar” suara trauma.

Gambar 1: Ahmad S. Mansur, saat menampilkan “Nyanyian Angsa” karya W.S Rendra

Dalam kegiatan ini, beberapa peserta yang sintas juga mengungkapkan pengalaman traumatis personal maupun kolektif mereka. Di luar kelas, banyak peserta yang menceritakan kisah “kelam” mereka di masa lalu sebagai korban. Sehingga, ke depan PERSETIA akan mendorong sekolah-sekolah anggota supaya menaruh concern pada mahasiswa yang juga mengalami trauma secara mendalam, dan memberikan ruang bagi peserta untuk “menceritakan” pengalaman traumatis mereka dalam projek selanjutnya.

Di hari terakhir, pada saat kegiatan ini telah ditutup–panitia, bersama peserta disuguhkan dengan pentas seni dari beberapa peserta. Kegiatan yang bertujuan sebagai ruang ekspresi dari peserta ini, berlangsung dengan sangat penuh penghayatan, mengingat bahwa trauma juga berkait erat dengan estetika.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*