Lokakarya Nasional PERSETIA 2023

Merespon kebijakan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi maka pada tanggal 12-14 April 2023 PERSETIA (Perkumpulan Sekolah-Sekolah Teologi di Indonesia) mengadakan Lokakarya Nasional dengan tema “Implementasi MBKM di Lingkungan Sekolah-Sekolah Teologi di Indonesia.” Kegiatan tersebut diadakan di STT IKAT yang menjadi tuan/nyonya rumah kegiatan yang menghadirkan Prof. Dr. Yasonna Hamonangan Laoly, S.H., M.Sc., Ph.D. sebagai Keynote Speech.

Selain itu, dalam kegiatan ini dihadirkan dua expert, yakni: Dr. Lidia Sandra, S.Psi, S.Kom. M. Comp. Eng.Sc (Ketua Dewan Pengurus BKAP3-PTKI/UKRIDA), Bpk. Heru Wijayanto Aripradono, MM., MMT (Manager Kampus Merdeka Mandiri-Kemendikbudristek), beserta tim pendamping MBKM Mandiri yang menjadi narasumber dalam pelaksanaan kegiatan ini. Peserta dalam kegiatan ini berjumlah 46 orang, dari 29 sekolah-sekolah anggota.

Prof. Dr. Yasonna Hamonangan Laoly, S.H., M.Sc., Ph.D dalam ceramahnya selalu menekankan mengenai kemajuan teknologi digital, yang juga telah mendisrupsi banyak bidang termasuk pendidikan. Menteri Kemenkuhmam ini juga menandaskan, “Saya kira di dalam perubahan zaman yang semakin baik khususnya dalam perkembangan teknologi digital ini, hal yang sangat cepat sekali itu gereja mau tidak mau harus siap, kita harus menyiapkan Pendeta, para pekerja-pekerja gereja untuk siap dengan perubahan zaman ini.”

Dr. Lidia Sandra, S.Psi, S.Kom. M. Comp. Eng.Sc, yang merupakan pegiat MBKM, membuka pemaparannya dengan menekankan peluang serta dampak positif dari MBKM. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, ia mengatakan ada perbedaan yang signifikan bagi mahasiswa yang mengikuti MBKM dalam dunia kerja. Akademisi yang adalah Ketua Dewan Pengurus BKAP3-PTKI/UKRIDA ini juga menyinggung beberapa hal seperti; anjuran untuk implementasi MBKM di semester 6 sampai 8, dan juga terkait reorintasi kurikulum. Ia juga menyebutkan beberapa poin penting terkait dokumen-dokumen kurikulum yang wajib diisi seperti identitas program studi, evaluasi kurikulum, landasan perancangan dan pengembangan kurikulum, rumusan visi misi beserta tujuan dan nilai-nilai kampus, profil lulusan dan rumusan standar kompentensi lulusan, penentuan mata kuliah dan bobot SKS, matriks dan peta kurikulum, rencana pembelajaran, hak belajar maksimum 3 semester di luar prodi, dan manajemen pelaksanaan kurikulum. 

Bpk. Heru Wijayanto Aripradono, MM., MMT., Dengan memaparkan permasalahan pendidikan di Indonesia, Heru membuka sesi dengan meletakkan filosofi pentingnya MBKM berdasarkan temuan lapangan seperti keseragaman berpikir, minim praktikal, dan terbatas dalam menuntaskan masalah.

Dalam kesempatan itu, Manager Kampus Merdeka Mandiri tersebut menyatakan pentingnya MBKM mandiri adalah untuk memberikan kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan. Lebih lanjut menurut Heru Wijayanto, “Karena yang membuat adalah Perguruan Tinggi itu sendiri, maka pasti akan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh Program Studi masing-masing.”

Selain hal-hal sudah disebutkan sebelumnya, Heru Wijayanto juga mengatakan bahwa dalam kemitraan dengan perusahaan tempat mahasiswa magang, diperlukan RPS. Hal ini selain memudahkan proses monitoring dan penilaian, juga bertujuan sebagai “peta” belajar mahasiswa saat magang.

Demi memperkaya pembahasan MBKM, dalam kegiatan ini, diadakan sharing pengalaman beberapa sekolah yang telah menjalankan MBKM di sekolah masing-masing. STT Sangkakala membagikan pengalaman mereka dalam memproyeksikan profil lulusan, serta mengembangkan keterampilan inti seperti enterpreneurship, memasak, content creator, manajerial, dan lain-lain. STT GKST Tentena, meski belum semua mahasiswanya mengikuti MBKM, telah merancang kerjasama dengan Perguruan Tinggi Islam dan Hindu, agar bisa melakukan proses belajar mata kuliah Islamologi dan Hinduisme di sekolah-sekolah tersebut.  

Sharing pengalaman dari Fakultas Teologi UKDW, dibuka dengan pernyataan bahwa setiap sekolah punya konteks masing-masing. Dalam pada itu, apa yang akan dibagikan, tidak bisa langsung ditiru begitu saja. Meski MBKM ini punya tantangan kesulitan tersendiri, tetapi MBKM juga menjadikan kurikulum semakin dinamis. Pak Handi juga menekankan pentingnya diskusi bersama sebelum melakukan perubahan kurikulum dan sebagainya. Selain itu, ia mengungkapkan bahwa tidak semua program MBKM bisa dijalankan sekaligus, untuk itu lakukan saja apa yang bisa dan sesuai kebutuhan. Dalam kesempatan itu, STFT Jakarta juga membagikan pengalaman saat menjalankan MBKM. Pak Simon Rachmadi membuka dengan menunjukan 3 kelompok MBKM, yakni PT lain dengan program studi sama, lalu PT lain dengan program studi beda, dan yang terakhir non-PT. Dalam proses itu, STFT Jakarta memberikan kebebasan penuh kepada mahasiswa. Poin penting yang juga ditekankan adalah dalam menyusun jajaran mata kuliah. Hal tersebut hanya bisa dilakukan bila mengetahui taksonomi keilmuannya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*