Kuliah Alih Tahun (KAT) telah diselenggarakan oleh PERSETIA Sejak 15 tahun lalu dalam rangka memajukan pendidikan teologi dan mengembangkan pemikiran teologi kontekstual di Indonesia. Program ini sejak awal dilaksanakan untuk para mahasiswa S-2 sekolah-sekolah anggota. KAT tahun 2017 berlangsung di STT SAAT Malang pada tanggal 31 Juli-12 Agustus 2017. Perkuliahan dibagi dalam 2 kelompok, kelompok pertama kelas berbahasa Inggris dan kelompok kedua kelas berbahasa Indonesia. Indonesia. Pola yang dipergunakan adalah perkuliahan intensif selama 2 minggu dengan interaksi di kelas, studi perpustakaan serta studi mandiri. Metode yang dikembangkan adalah kuliah, diskusi kelompok, laporan serta refleksi. Topik Perkualiahan KAT 2017 adalah Spiritualitas Kristen dan Spiritualitas Agama Lokal. Tujuan KAT 2017 adalah : Agar berkembangnya pemahaman yang dalam dan luas tentang Spiritualitas Agama Lokal dan Agama Suku; Agar teridentifikasinya permasalahan permasalahan spritualitas agama lokal dan agama suku di Indonesia dan lewat studi bersama masalah-masalah tersebut dirumuskan secara tajam dan jelas sebagai upaya berteologi; agar dihasilkannya rumusan-rumusan yang dituangkan dalam paper untuk dinilai dan dijadikan pegangan dalam rangka pengembangan teologi kontekstual di Indonesia. Dalam perkuliahan kali ini, peserta tidak hanya diisi oleh dosen pengampu tetapi juga diberi masukan oleh tokoh-tokoh agama lokal yang diundang.
Kuliah Intensif Minggu I diampu oleh Prof. Gerrit Singgih (UKDW) dengan topik Spiritualitas Kristen dan Spritualitas Agama Lokal: Defenisi, teori dan Sejarah Spiritulitas Kristen dan Spritualitas Agama Lokal Dan Menafsir Ulang Teologi Kristen Lewat Kacamata Agama Lokal dan Dr. Wati Longchar (India) dengan topik Christian Spirituality & Indigeneous Religion Sprituality: Definition, theory and history of Christian Spirituality & Indigeneous Religion Sprituality and Re-interpreting Christian Theologies through the Eyes of Indigeneous Religious Resources serta Sharing dari Mama Endek seorang tokoh Agama Kaharingan dan Bapak Gunritno tokoh kepercayaan Sedulur Sikep Jawat Tengah. Pada Kuliah Intesif Minggu II diampu oleh Pdt. Dr. Rachel Iwamony (UKIM) dengan topik “Spiritulitas Kristen dan Spritualitas Agama Lokal: Konsep Spiritualitas Kristen dan Konsep Spiritualitas Agama lokal dan Kesejajaran Narasi Alkitab dan Narasi Agama Lokal dan Dr. Kapi Ching (Taiwan) dengan topik “Christian Spirituality & Indigeneous Religion Sprituality: Christian Spirituality concept and Spritiuality concept of ind neous religion and Justapositional Reading of Bible and Indigenous Stories” serta Sharing dari Bapak Pombu Homba dari Agama Merapu Sumba dan Ibu Dewi Kanti Pemeluk Sunda Wiwitan. Kuliah Umum pada Sabtu, 5 Agustus 2017 dengan topik Spiritualitas Agama Lokal/suku dalam Persfektif Islam disampaikan oleh Dr. H. Halimi Zuhdy, M.Pd, MA, dosen Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang dan topik Spiritualitas Agama Lokal/suku dalam Persfektif Protestan (Reformed) oleh Dr. Hendra Gustiana Mulia dosen STT SAAT Malang.
KAT 2017 di Malang diikuti oleh 117 mahasiswa Pasca Sarjana yang berasal dari sekolah anggota PERSETIA. Adapun Project Officer Kegiatan ini adalah Pdt. Dr. Asnath Natar (Sekretaris I PERSETIA) yang mendampingi proses KAT di minggu pertama dan Pdt. Dr. Jammes Takaliuang (Sekretaris II PERSETIA) yang mendampingi proses KAT di minggu kedua. Dari hasil evaluasi proses perkuliahan, mahasiswa mengatakan bahwa mereka mendapatkan banyak hal selama proses kuliah, secara khusus dari tokoh agama suku yang didatangkan langsung sharing di kelas. Selain itu diantara sesama mahasiswa terjalin jejaring ekumenis yang indah. Catatan penting KAT 2017 adalah lembar evaluasi yang menyorot konsumsi KAT yang kurang memadai. Beberapa hari di minggu pertama makanan selalu kurang sehingga mahasiswa harus mencari makanan keluar kampus. Tentu ini catatan penting bagi PERSETIA dan host. Semoga KAT berikutnya hal ini tidak terjadi lagi, Terimakasih kepada STT SAAT Malang sebagai host dan kepada semua panitia sehingga KAT 2017 dapat berlangsung dnegan baik.
Be the first to comment