Studi Institut PERSETIA 2014 “Arsitektur dan Liturgi Gereja”

Kegiatan  Studi  Institut  telah lama dilaksanakan  PERSETIA  sekitar sejak  tahun  1970. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas para dosen bidang studi teologi dari sekolah-sekolah anggota. Sekaligus dalam kesempatan tersebut disusun silabus dan daftar buku ajar yang dibutuhkan. Untuk itu setiap peserta harus mempersiapkan diri antara lain dengan melaporkan apa yang telah dilakukan dalam mengajar bidang   studi masing-masing. Dosen pembimbing didatangkan dari luar negeri dan lamanya studi ini sekitar 10 sampai 14 hari. Sejak tahun 1990-an orientasinya berubah dari satu bidang studi menjadi studi yang komprehensif dengan tema-tema teologis yang kontekstual di Indonesia. Waktunya juga lebih dipersingkat antara 4 sampai 7 hari.

Walau demikian hubungannya dengan kurikulum dan metode berteologi tetap menjadi acuan untuk hasil akhir setiap studi.

Dalam hubungan inilah Studi Institut dilaksanakan di STT Abdi Sabda, Medan Sumatera Utara, pada tanggal 22-25 April 2014.   Studi ini mengambil tema : “Arsitektur dan Liturgi Gereja” dengan latar-belakang pemikiran bahwa perlu dilakukan identifikasi terhadap perkembangan arsitektur gereja sebagai bagian dari liturgi. Karena itu studi ini merupakan upaya untuk mengembangkan theology of space dalam konteks Indonesia. Kehadiran kekristenan di Indonesia telah berlangsung sejak abad 16 dengan corak yang sangat ditentukan oleh tradisi Barat. Hal itu tercermin juga dalam bangunan-bangunan gereja yang dibangun di Indonesia dan berlangsung sampai kini. Pada hal bangunan-bangunan di Barat bukan saja terkait dengan adanya 4 (empat) musim, tetapi juga memiliki asumsi-asumsi yang sesuai dengan dunia Barat pada zamannya, antara lain  masyarakat  yang  homogen,  perkembangan  seni  bangunan dan  arsitektur  serta  peranan kerajaan-kerajaan dengan latarbelakang Kekristenan.

Di lain pihak, pelaksanaan studi ini dilatarbelakangi juga oleh kebutuhan gereja-gereja di Indonesia untuk memahami dan bagaimana menggunakan gedung-gedung gereja tua yang dinyatakan oleh pemerintah  sebagai cagar  budaya.  Status  ini  merupakan  penghargaan  terhadap  tempat-tempat ibadah yang dikategorikan ke dalam pelestarian budaya dan sejarah setempat maupun nasional. Dalam  hal  ini  gereja  atau  jemaat membutuhkan  para  ahli  yang  menolong  mereka  untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang warisan-warisan yang bernilai tinggi itu.

Karena itu pelaksanaan studi ini dilakukan dalam kerjasama dengan Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia di Jakarta, yang sekaligus menyediakan tenaga-tenaga ahli dan data-data tentang bangunan gereja tua serta pemahamannya secara arsitektur maupun rohani dan keagamaan. Selain itu, untuk menggarap pemahaman teologis, PERSETIA bekerjasama dengan Bengkel Liturgi dan Musik Gereja STT Jakarta dibantu oleh Pusat Dokumentasi Sejarah Gereja di Indonesia, STT Jakarta.

Pokok  tentang  Arsitektur  dan  Liturgi  Gereja,  dibahas  oleh  9  (sembilan)  narasumber,  yaitu  4 (empat) dari kalangan arsitek yang bergabung dalam Pusat Dokumentasi Arsitektur di Indonesia dan 5 (lima) dari pendidikan teologi.

4 (empat) arsitek masing-masing membahas :

a. Sejarah Arsitektur di Indonesia oleh Nadia Purwesti, S.T.

b. Disain Arsitektur Gereja Masa Kini, oleh Han Awal, Dipl.Ing.

c. Dokumentasi dan Pemugaran Gedung Gereja Cagar Budaya, oleh Febriyanti Suryaningsing, S.T. d. Konteks Arsitektur Gereja terhadap Lingkungan, oleh Ir. Bambang Eryudhawan.

Selanjutnya pembahasan secara teologis disampaikan dengan pokok-pokok sebagai berikut:

1)  Arsitektur Gereja dan Liturgi, oleh Pastor Adolf Heuken, S.J.

2)  Arsitektur Gereja ditinjau dari perspektif historis-teologis, oleh Pdt. Yusak Soleiman, Ph.D. (STT Jakarta),

3) Arsitektur Gereja ditinjau dari perspektif liturgis-teologis, oleh : Ester Pudjo Widiasih, Ph.D.(STT Jakarta), Pdt. Irene Umbu Lolo, M.Th.(STT GKS Lewa), dan Pdt. Fitri Hutagalung, S.Si (Teol), (mahasiswa Pascasarjana STT Jakarta).

Pokok-pokok materi yang dipresentasikan dan dibahas sepanjang 3 (tiga) hari telah menolong peserta untuk membuat identifikasi masalah, khususnya mengenai theology of space dalam konteks Indonesia. Melalui kelompok-kelompok diskusi telah dirumuskan pokok-pokok pikiran yang akan diimplementasikan dalam kurikulum dan pelayanan gereja.

Studi  ini  telah  diikuti  oleh  67  orang  dosen  dan  pimpinan  gereja  serta pendeta  Jemaat. Acara pembukaan dilaksanakan di Kampus STT Abdi Sabda Medan pada tanggal 22 April 2014. Selanjutnya seluruh kegiatan studi berlangsung di Rumah Retreat GBKP di Sukamakmur, Sibolangit, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Pada kesempatan tersebut peserta telah meninjau 2 (dua) gedung gereja Katolik dengan arsitektur yang kontekstual, yaitu : di Sunggal, Medan dengan gaya arsitektur India dan di Brastagi dengan gaya arsitektur Karo.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*